Remaja Harus Berani Menantang Masa Depan
Oleh Saiful Asyhad, S.H.
(Motivator Kepribadian)
Pendahuluan
Jika melihat kenyataan di masyarakat, saya sangat prihatin dengan remaja yang tidak menyadari betapa sebenarnya mereka mempunyai potensi besar untuk mengubah nasib bangsa dan negaranya. Mereka seolah tidak pernah mendengar pepatah yang sudah sangat masyhur, yaitu ”Pemuda harapan bangsa.”
Yang saya maksud memprihatinkan itu adalah perilaku mereka yang kontraproduktif. Misalnya, sering nongkrong, mejeng, hura-hura, konvoi kendaraan, dan lain-lain. Semua itu mencerminkan sifat dan sikap boros, baik dari segi waktu maupun finansial. Ditambah lagi penampilan (performance) mereka yang semau gue, acak-acakan, awut-awutan, dan sejenisnya.
Sungguh perilaku yang demikian itu mencerminkan kepribadian yang kurang baik. Aktivitas yang seperti itu hanyalah mendatangkan kesenangan sesaat. Bahkan, mencerminkan pula sikap asosial. Ini sangat berbahaya karena pada akhirnya nanti keberadaan mereka tidak akan diterima dengan baik oleh warga masyarakatnya. Masih untung masyarakat sekitarnya bersikap toleransi yang cukup besar terhadap tingkah laku mereka itu. Tapi, bagaimana jika kesabaran masyarakat sudah melebihi batas kewajaran? Tentu, akan lebih memperparah eksistensi mereka sebagai warga masyarakat yang masih muda usia dalam lingkungannya sendiri. Tragis.
Menyadari hal itu, maka perlu kiranya para remaja itu mulai saat ini mempersiapkan diri dalam menantang masa depannya sendiri. Mereka harus mampu menjawab tantangan masa depan yang pastikan akan jauh lebih berat daripada masa sekarang. Untuk itu pula, makalah yang singkat dan sederhana ini saya tulis sebagai sumbangsih dan jawaban atas keprihatinan saya pribadi terhadap kondisi sebagian besar remaja tersebut.
Khusus bagi remaja yang tidak bermasalah, anggaplah makalah ini sebagai bahan perenungan dan pedoman untuk turut mengingatkan mereka yang bermasalah itu dengan cara-cara yang baik dan bijaksana. Untuk itu, beberapa tips berikut perlu kiranya disimak dan dipraktekkan dalam rangka psiko terapi hari ini.
Masa remaja bukan masa santai
”Santai dulu, ah.” Saya yakin kalimat ini sering terdengar oleh telinga kita dari sebagian besar remaja. Ucapan itu sering kali diucapkan ketika menghadapi kegiatan yang begitu padat dan menuntut banyak tenaga dan pikiran yang harus dicurahkan. Tapi, mengapa justru ucapan itu yang meluncur dari mulut mereka? Kok bukan kata-kata yang mencerminkan produktivitas? Aneh sekali!
Keheranan itu makin bertambah ketika melihat mereka tega membebani teman sendiri untuk mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka tidak malu menjadi benalu. Mereka juga tidak merasa risih numpang pada hasil keringat orang lain. Bahkan, mereka cuek dan enjoy aja dengan perilaku yang tidak profesional tersebut. Padahal, kalau mau berusaha, mereka pasti mampu melaksanakan tugas tersebut.
Sikap mereka yang menyantai itu jelas mencerminkan ketidakmampuan mengelola waktu. Bahkan, bertentangan dengan ajaran Islam yang sangat menghargai modal hidup utama yang diberikan oleh Allah SWT itu. Maka, mau tidak mau remaja harus memanfaatkan waktu itu secara maksimal demi kemanfaatan di masa depan.
Berpola pikir yang baik
Tips yang kedua adalah belajar dan menerapkan pola pikir yang baik. Artinya, berpikirlah secara sistematis (runtut dan berkesinambungan), kreatif (bersifat cenderung kepada hal-hal baru yang lebih baik), serta positif (membawa kemanfaatan yang besar bagi diri dan orang lain).
Ketika saya tanyakan tentang cita-cita, sering kali saya kecewa dengan jawaban sebagian besar remaja yang hanya bisa berkata dengan pasrah, “Belum terpikirkan, Pak”, “Wah, saya ndak tahu”, “Bingung!”, “Masih sedang dikejar”, dan jawaban-jawaban negatif lainnya. Ini semua menandakan betapa isi pikir mereka masih blank alias kosong melompong dan mencerminkan keputusasaan.
Bila dikejar dengan pertanyaan lanjutan, “Mengapa jawabanmu seperti itu?”, mereka pun menjawab penuh nada pesimis. Sulit mencari lowongan kerja, susah menentukan masa depan, sukar menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena biayanya juga tinggi, dan sebagainya. Pokoknya, mereka menyerah kepada keadaan dalam masyarakat.
Hal seperti itu seharusnya tidak akan terjadi jika mereka mau menerapkan berpikir sistematis. Misalnya, bila bercita-cita menjadi anggota Polri atau ABRI, maka mereka sudah tahu apa yang akan dikerjakannya setelah lulus SMA, yaitu melamar di Secaba Polri, atau di AKABRI. Jika ingin menjadi pengusaha, maka mereka belajar berwiraswasta meskipun dengan omzet yang masih kecil. Dan banyak jalan lain yang dapat mengantarkan remaja meniti kehidupan masa depan yang mapan.
Jadi, jangan putus asa karena ada rumor atau isu di masyarakat bahwa kalau ingin kerja di mana pun harus menyuap, pakai uang pelicin, dan sebagainya. Lawan saja semua rumor atau isu yang belum tentu benar itu dengan berpikir positif bahwa kamu pasti bisa sukses bekerja tanpa harus menyogok karena memiliki kemampuan, kemauan yang kuat, dan pola pikir yang kreatif.
Beberapa tips lain yang perlu dimiliki remaja dalam menghadapi tantangan masa depan akan dijelaskan dalam diskusi karena keterbatasan halaman. Tips-tips itu antara lain:
harus berkepribadian menarik dan integratif;
harus banyak membaca buku motivasi diri;
harus mau berorganisasi dengan aktif;
harus memiliki ketahanan terhadap tekanan dan stres;
harus berani mengahadapi persaingan yang ketat; dan ingat
harus memadukan antara usaha dan doa;
Kesimpulan dan Saran
Tiada rasa prihatin yang sangat dalam, kecuali melihat remaja yang bingung atas keberadaan dirinya di masyarakat. Mereka seolah tidak menyadari betapa besar kekuatan yang mereka miliki. Sayang, kenyataan membuktikan justru mereka tidak mampu berbuat sesuatu ketika kekuatan itu ada pada diri mereka. Maka, mau tidak mau remaja saat ini harus bangkit untuk menantang (bukan hanya menyongsong saja) masa depannya dengan suara yang lantang, “Aku bisa!”
Kediri, 14 Dzulhijjah 1426 H
14 Januari 2006 M
Minggu, 01 Maret 2009
motivator
Remaja Harus Berani Menantang Masa Depan
imam
(Motivator Kepribadian)
Pendahuluan
Jika melihat kenyataan di masyarakat, saya sangat prihatin dengan remaja yang tidak menyadari betapa sebenarnya mereka mempunyai potensi besar untuk mengubah nasib bangsa dan negaranya. Mereka seolah tidak pernah mendengar pepatah yang sudah sangat masyhur, yaitu ”Pemuda harapan bangsa.”
Yang saya maksud memprihatinkan itu adalah perilaku mereka yang kontraproduktif. Misalnya, sering nongkrong, mejeng, hura-hura, konvoi kendaraan, dan lain-lain. Semua itu mencerminkan sifat dan sikap boros, baik dari segi waktu maupun finansial. Ditambah lagi penampilan (performance) mereka yang semau gue, acak-acakan, awut-awutan, dan sejenisnya.
Sungguh perilaku yang demikian itu mencerminkan kepribadian yang kurang baik. Aktivitas yang seperti itu hanyalah mendatangkan kesenangan sesaat. Bahkan, mencerminkan pula sikap asosial. Ini sangat berbahaya karena pada akhirnya nanti keberadaan mereka tidak akan diterima dengan baik oleh warga masyarakatnya. Masih untung masyarakat sekitarnya bersikap toleransi yang cukup besar terhadap tingkah laku mereka itu. Tapi, bagaimana jika kesabaran masyarakat sudah melebihi batas kewajaran? Tentu, akan lebih memperparah eksistensi mereka sebagai warga masyarakat yang masih muda usia dalam lingkungannya sendiri. Tragis.
Menyadari hal itu, maka perlu kiranya para remaja itu mulai saat ini mempersiapkan diri dalam menantang masa depannya sendiri. Mereka harus mampu menjawab tantangan masa depan yang pastikan akan jauh lebih berat daripada masa sekarang. Untuk itu pula, makalah yang singkat dan sederhana ini saya tulis sebagai sumbangsih dan jawaban atas keprihatinan saya pribadi terhadap kondisi sebagian besar remaja tersebut.
Khusus bagi remaja yang tidak bermasalah, anggaplah makalah ini sebagai bahan perenungan dan pedoman untuk turut mengingatkan mereka yang bermasalah itu dengan cara-cara yang baik dan bijaksana. Untuk itu, beberapa tips berikut perlu kiranya disimak dan dipraktekkan dalam rangka psiko terapi hari ini.
Masa remaja bukan masa santai
”Santai dulu, ah.” Saya yakin kalimat ini sering terdengar oleh telinga kita dari sebagian besar remaja. Ucapan itu sering kali diucapkan ketika menghadapi kegiatan yang begitu padat dan menuntut banyak tenaga dan pikiran yang harus dicurahkan. Tapi, mengapa justru ucapan itu yang meluncur dari mulut mereka? Kok bukan kata-kata yang mencerminkan produktivitas? Aneh sekali!
Keheranan itu makin bertambah ketika melihat mereka tega membebani teman sendiri untuk mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka tidak malu menjadi benalu. Mereka juga tidak merasa risih numpang pada hasil keringat orang lain. Bahkan, mereka cuek dan enjoy aja dengan perilaku yang tidak profesional tersebut. Padahal, kalau mau berusaha, mereka pasti mampu melaksanakan tugas tersebut.
Sikap mereka yang menyantai itu jelas mencerminkan ketidakmampuan mengelola waktu. Bahkan, bertentangan dengan ajaran Islam yang sangat menghargai modal hidup utama yang diberikan oleh Allah SWT itu. Maka, mau tidak mau remaja harus memanfaatkan waktu itu secara maksimal demi kemanfaatan di masa depan.
Berpola pikir yang baik
Tips yang kedua adalah belajar dan menerapkan pola pikir yang baik. Artinya, berpikirlah secara sistematis (runtut dan berkesinambungan), kreatif (bersifat cenderung kepada hal-hal baru yang lebih baik), serta positif (membawa kemanfaatan yang besar bagi diri dan orang lain).
Ketika saya tanyakan tentang cita-cita, sering kali saya kecewa dengan jawaban sebagian besar remaja yang hanya bisa berkata dengan pasrah, “Belum terpikirkan, Pak”, “Wah, saya ndak tahu”, “Bingung!”, “Masih sedang dikejar”, dan jawaban-jawaban negatif lainnya. Ini semua menandakan betapa isi pikir mereka masih blank alias kosong melompong dan mencerminkan keputusasaan.
Bila dikejar dengan pertanyaan lanjutan, “Mengapa jawabanmu seperti itu?”, mereka pun menjawab penuh nada pesimis. Sulit mencari lowongan kerja, susah menentukan masa depan, sukar menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena biayanya juga tinggi, dan sebagainya. Pokoknya, mereka menyerah kepada keadaan dalam masyarakat.
Hal seperti itu seharusnya tidak akan terjadi jika mereka mau menerapkan berpikir sistematis. Misalnya, bila bercita-cita menjadi anggota Polri atau ABRI, maka mereka sudah tahu apa yang akan dikerjakannya setelah lulus SMA, yaitu melamar di Secaba Polri, atau di AKABRI. Jika ingin menjadi pengusaha, maka mereka belajar berwiraswasta meskipun dengan omzet yang masih kecil. Dan banyak jalan lain yang dapat mengantarkan remaja meniti kehidupan masa depan yang mapan.
Jadi, jangan putus asa karena ada rumor atau isu di masyarakat bahwa kalau ingin kerja di mana pun harus menyuap, pakai uang pelicin, dan sebagainya. Lawan saja semua rumor atau isu yang belum tentu benar itu dengan berpikir positif bahwa kamu pasti bisa sukses bekerja tanpa harus menyogok karena memiliki kemampuan, kemauan yang kuat, dan pola pikir yang kreatif.
Beberapa tips lain yang perlu dimiliki remaja dalam menghadapi tantangan masa depan akan dijelaskan dalam diskusi karena keterbatasan halaman. Tips-tips itu antara lain:
harus berkepribadian menarik dan integratif;
harus banyak membaca buku motivasi diri;
harus mau berorganisasi dengan aktif;
harus memiliki ketahanan terhadap tekanan dan stres;
harus berani mengahadapi persaingan yang ketat; dan ingat
harus memadukan antara usaha dan doa;
Kesimpulan dan Saran
Tiada rasa prihatin yang sangat dalam, kecuali melihat remaja yang bingung atas keberadaan dirinya di masyarakat. Mereka seolah tidak menyadari betapa besar kekuatan yang mereka miliki. Sayang, kenyataan membuktikan justru mereka tidak mampu berbuat sesuatu ketika kekuatan itu ada pada diri mereka. Maka, mau tidak mau remaja saat ini harus bangkit untuk menantang (bukan hanya menyongsong saja) masa depannya dengan suara yang lantang, “Aku bisa!”
Kediri, 01-02 2006 M
imam
(Motivator Kepribadian)
Pendahuluan
Jika melihat kenyataan di masyarakat, saya sangat prihatin dengan remaja yang tidak menyadari betapa sebenarnya mereka mempunyai potensi besar untuk mengubah nasib bangsa dan negaranya. Mereka seolah tidak pernah mendengar pepatah yang sudah sangat masyhur, yaitu ”Pemuda harapan bangsa.”
Yang saya maksud memprihatinkan itu adalah perilaku mereka yang kontraproduktif. Misalnya, sering nongkrong, mejeng, hura-hura, konvoi kendaraan, dan lain-lain. Semua itu mencerminkan sifat dan sikap boros, baik dari segi waktu maupun finansial. Ditambah lagi penampilan (performance) mereka yang semau gue, acak-acakan, awut-awutan, dan sejenisnya.
Sungguh perilaku yang demikian itu mencerminkan kepribadian yang kurang baik. Aktivitas yang seperti itu hanyalah mendatangkan kesenangan sesaat. Bahkan, mencerminkan pula sikap asosial. Ini sangat berbahaya karena pada akhirnya nanti keberadaan mereka tidak akan diterima dengan baik oleh warga masyarakatnya. Masih untung masyarakat sekitarnya bersikap toleransi yang cukup besar terhadap tingkah laku mereka itu. Tapi, bagaimana jika kesabaran masyarakat sudah melebihi batas kewajaran? Tentu, akan lebih memperparah eksistensi mereka sebagai warga masyarakat yang masih muda usia dalam lingkungannya sendiri. Tragis.
Menyadari hal itu, maka perlu kiranya para remaja itu mulai saat ini mempersiapkan diri dalam menantang masa depannya sendiri. Mereka harus mampu menjawab tantangan masa depan yang pastikan akan jauh lebih berat daripada masa sekarang. Untuk itu pula, makalah yang singkat dan sederhana ini saya tulis sebagai sumbangsih dan jawaban atas keprihatinan saya pribadi terhadap kondisi sebagian besar remaja tersebut.
Khusus bagi remaja yang tidak bermasalah, anggaplah makalah ini sebagai bahan perenungan dan pedoman untuk turut mengingatkan mereka yang bermasalah itu dengan cara-cara yang baik dan bijaksana. Untuk itu, beberapa tips berikut perlu kiranya disimak dan dipraktekkan dalam rangka psiko terapi hari ini.
Masa remaja bukan masa santai
”Santai dulu, ah.” Saya yakin kalimat ini sering terdengar oleh telinga kita dari sebagian besar remaja. Ucapan itu sering kali diucapkan ketika menghadapi kegiatan yang begitu padat dan menuntut banyak tenaga dan pikiran yang harus dicurahkan. Tapi, mengapa justru ucapan itu yang meluncur dari mulut mereka? Kok bukan kata-kata yang mencerminkan produktivitas? Aneh sekali!
Keheranan itu makin bertambah ketika melihat mereka tega membebani teman sendiri untuk mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka tidak malu menjadi benalu. Mereka juga tidak merasa risih numpang pada hasil keringat orang lain. Bahkan, mereka cuek dan enjoy aja dengan perilaku yang tidak profesional tersebut. Padahal, kalau mau berusaha, mereka pasti mampu melaksanakan tugas tersebut.
Sikap mereka yang menyantai itu jelas mencerminkan ketidakmampuan mengelola waktu. Bahkan, bertentangan dengan ajaran Islam yang sangat menghargai modal hidup utama yang diberikan oleh Allah SWT itu. Maka, mau tidak mau remaja harus memanfaatkan waktu itu secara maksimal demi kemanfaatan di masa depan.
Berpola pikir yang baik
Tips yang kedua adalah belajar dan menerapkan pola pikir yang baik. Artinya, berpikirlah secara sistematis (runtut dan berkesinambungan), kreatif (bersifat cenderung kepada hal-hal baru yang lebih baik), serta positif (membawa kemanfaatan yang besar bagi diri dan orang lain).
Ketika saya tanyakan tentang cita-cita, sering kali saya kecewa dengan jawaban sebagian besar remaja yang hanya bisa berkata dengan pasrah, “Belum terpikirkan, Pak”, “Wah, saya ndak tahu”, “Bingung!”, “Masih sedang dikejar”, dan jawaban-jawaban negatif lainnya. Ini semua menandakan betapa isi pikir mereka masih blank alias kosong melompong dan mencerminkan keputusasaan.
Bila dikejar dengan pertanyaan lanjutan, “Mengapa jawabanmu seperti itu?”, mereka pun menjawab penuh nada pesimis. Sulit mencari lowongan kerja, susah menentukan masa depan, sukar menempuh pendidikan yang lebih tinggi karena biayanya juga tinggi, dan sebagainya. Pokoknya, mereka menyerah kepada keadaan dalam masyarakat.
Hal seperti itu seharusnya tidak akan terjadi jika mereka mau menerapkan berpikir sistematis. Misalnya, bila bercita-cita menjadi anggota Polri atau ABRI, maka mereka sudah tahu apa yang akan dikerjakannya setelah lulus SMA, yaitu melamar di Secaba Polri, atau di AKABRI. Jika ingin menjadi pengusaha, maka mereka belajar berwiraswasta meskipun dengan omzet yang masih kecil. Dan banyak jalan lain yang dapat mengantarkan remaja meniti kehidupan masa depan yang mapan.
Jadi, jangan putus asa karena ada rumor atau isu di masyarakat bahwa kalau ingin kerja di mana pun harus menyuap, pakai uang pelicin, dan sebagainya. Lawan saja semua rumor atau isu yang belum tentu benar itu dengan berpikir positif bahwa kamu pasti bisa sukses bekerja tanpa harus menyogok karena memiliki kemampuan, kemauan yang kuat, dan pola pikir yang kreatif.
Beberapa tips lain yang perlu dimiliki remaja dalam menghadapi tantangan masa depan akan dijelaskan dalam diskusi karena keterbatasan halaman. Tips-tips itu antara lain:
harus berkepribadian menarik dan integratif;
harus banyak membaca buku motivasi diri;
harus mau berorganisasi dengan aktif;
harus memiliki ketahanan terhadap tekanan dan stres;
harus berani mengahadapi persaingan yang ketat; dan ingat
harus memadukan antara usaha dan doa;
Kesimpulan dan Saran
Tiada rasa prihatin yang sangat dalam, kecuali melihat remaja yang bingung atas keberadaan dirinya di masyarakat. Mereka seolah tidak menyadari betapa besar kekuatan yang mereka miliki. Sayang, kenyataan membuktikan justru mereka tidak mampu berbuat sesuatu ketika kekuatan itu ada pada diri mereka. Maka, mau tidak mau remaja saat ini harus bangkit untuk menantang (bukan hanya menyongsong saja) masa depannya dengan suara yang lantang, “Aku bisa!”
Kediri, 01-02 2006 M
Langganan:
Komentar (Atom)